Tuesday, August 27, 2013

PROBIOTIK MEMPERBAIKI RESPONS EMOSI & AKTIFITAS OTAK

posting-4---Probiotik-Mempengaruhi-Respons-Emosi

Efek kesehatan bakteri bersahabat yang terdapat pada saluran pencernaan jarang dipahami sepenuhnya oleh sebagian besar pelaku medis, bahkan kurang dihargai oleh masyarakat umum. Hanya sebagian kecil penduduk dari konsumen sadar kesehatan yang mengerti bahwa peran flora-flora usus dan pencernaan adalah penting. Dan sebagaimana pencernaan, peran miliaran mikroba di seluruh tubuh terhadap kesehatan menyeluruh juga kurang dihargai.

Sering dinyatakan bahwa flora usus bertanggungjawab terhadap [bagusnya] kinerja sistem imun sekurang-kurangnya 60 persen bahkan berpotensi mencapai 80 persen. Lebih dari satu studi telah menemukan bahwa “sel-sel pembunuh” (sel-sel yang bekerja aktif membunuh virus, kuman, jamur, toksin, dan patogen) tumbuh, bergerak, dan dilepas bebas oleh bakteri usus bersahabat. Koloni mikroba bersahabat yang kuat juga mencegah pertumbuhan super-cepat ragi Candida (penyebab infeksi dan kanker), serta mencegah sindrom usus bocor dengan cara merembeskan racun-racun pencernaan menuju aliran darah sebelum dibuang melalui usus. Riset telah menunjukkan bahwa rendahnya angka bakteri usus bersahabat secara umum ditemukan pada para penderita diabetes tipe II.
Ketika lebih banyak orang mulai paham pentingnya bakteri usus bersahabat bagi kesehatan menyeluruh, muncul temuan bahwa usus layak dianggap sebagai “otak kedua”.

Usus Sebagai Otak Kedua
Sebuah studi terbaru pada awal 2013 yang dilakukan di UCLA’s Geffen School of Medicine ditetapkan bahwa probiotik yang dibuat dari fermentasi susu memiliki dampak positif terhadap emosi manusia. Studi tersebut menggunakan 36 perempuan berkesehatan normal. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok: Kelompok pertama diberi minum probiotik yang kaya akan susu terfermentasi, kelompok kedua diberi minum susu yang tidak difermentasi, dan kelompok ketiga tidak diberi minum apapun.
Para penguji menggunakan MRI scan dan stimulus emosi lain serta melibat sistem analisis terpadu selama lebih dari empat pekan, hingga menghasilkan kesimpulan: “Empat pekan asupan probiotik berupa susu terfermentasi pada wanita sehat mendorong sejumlah aktivitas otak yang mengontrol pusat proses emosi dan sensasi.”
Studi UCLA melibatkan salah seorang penggagas ide “usus sebagai otak kedua”, Dr. Emeran Mayer, yang juga merupakan Direktur Pusat Neurobiologi Stres OPPENHEIMER. Jenis probiotik yang terkandung dalam studi susu terfermentasi tersebut adalah: Lactobacillus bulgaricus, Bifidobacterium animalis, Lactococcus lactis, dan Streptococcus thermophiles.
Para penguji mengamati bahwa kelompok yang meminum susu terfermentasi mempertontonkan respons lebih baik, berdasarkan angka aktivitas korteks yang meningkat juga alur transmisi neuron otak tengah yang membaik.
Riset lain telah menyebabkan tersingkapnya penghubung antar sistem saraf enterik, yang terletak di daerah perut sekitar usus dan di sistem saraf pusat. Neurotransmiter diproduksi dalam sistem saraf enterik yang terhubung dengan batang otak. Pesan demi pesan berjalan dua arah, dari otak ke usus dan sebaliknya. Hal ini mempertegas kenyataan seringnya terjadi butterfly stomach (rasa tidak nyaman pada perut) ketika seseorang merasa cemas, atau adanya rasa dingin yang dalam di perut ketika seseorang sedang takut, atau adanya perasaan “ada sesuatu di ususku” secara pasti.

Memperbaiki Emosi & Kerja Otak Dimulai dari Memperbaiki Usus
Dari sebuah laboratorium penyembuhan klinis terapan di Inggris, Dr. Natasha Campbell McBride telah membuat terapi sukses untuk penderita spektrum autisme, dimana dia berhasil menyembuhkan putranya dari autisme sesak nafas.
Dia bahkan berhasil meningkatkan kondisi mental dan emosional, serta meningkatkan kesehatan menyeluruh dan sistem kekebalan tubuh, bagi banyak orang. Dia menggunakan suatu pola diet untuk mengembalikan keseimbangan flora usus hingga mendapatkan komposisi ideal 85% bakteri probiotik dan 15% patogen.
Dengan memahami hal ini maka bukan kebetulan bahwa anak-anak penderita autisme di Inggris dibawa ke ahli pencernaan Dr. Andrew Wakefield dan stafnya untuk mendapatkan perawatan terhadap sindrom radang usus yang menyiksa secara terus-menerus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kasus autisme, hiperaktif, disleksia, depresi, serta berbagai gangguan emosi dan kerja otak lainnya sebetulnya berkaitan erat dengan kondisi usus yang tidak sehat, atau lebih tepatnya keberadaan bakteri bersahabat yang sangat sedikit jumlahnya. Dengan demikian, selain melakukan terapi dalam bentuk pendekatan psikologis dan pelatihan respons saraf, asupan probiotik untuk meningkatkan jumlah bakteri bersahabat di dalam usus amat diperlukan.
Berikut kutipan dari sebuah artikel yang ditulis Dr. Natasha Campbell McBride untuk menjelaskan tentang GAPS dan memperkenalkan bukunya Gut and Psychology Syndrome: Natural Treatment for Autism, ADHD/ADD, Dyslexia, Dyspraxia, Depression and Schizophrenia: “Flora usus adalah sesuatu yang tidak banyak kita pikirkan. Dan hingga sekarang fungsi flora usus dalam jumlah memadai masih sangat vital bagi kita. Artinya bahwa jika saluran pencernaan kita dibersihkan sepenuhnya dari keberadaan flora usus maka besar kemungkinan kita tidak dapat bertahan hidup.”

Usus Sehat, Saraf Sehat, Otak Sehat
Produk BioTerra mengandung probiotik Lactobacillus dan Bifidobacterium yang sangat bermanfaat untuk menyeimbangkan komposisi flora di dalam usus. Melalui penyeimbangan komposisi flora usus, kekebalan tubuh dan kesehatan menyeluruh dapat ditingkatkan. Sehatnya usus berperan besar terhadap sehatnya kerja sistem saraf dan aktivitas otak, karena pesan demi pesan serta respons demi respons dapat dialirkan secara lancar antara usus dan otak.
Jadi, buat yang sering depresi, stres, dan merasa cemas, jangan ragu untuk mencoba BioTerra. Buat para orangtua yang dianugerahi anak yang mengidap autisme, ADD/ADHD, dispraksia, disleksia, dan keterlambatan bicara, jangan putus asa!! Jangan bersedih!! Jadikan BioTerra sebagai salah satu upaya untuk mengatasinya.

No comments:

Post a Comment