Sunday, August 4, 2013

MENJALANI LEBIH DARI SATU PEKERJAAN

Punya dua pekerjaan sekaligus menjadi tren belakangan ini. Kemudahan akses Internet dan teknologi lainnya, membuat side job jadi memungkinkan.
Namun profesionalisme tetap harus diutamakan. Pekerjaan sampingan di luar pekerjaan tetap dilakukan sebagian orang.
Umumnya mereka melakukannya untuk menambah penghasilan. Namun sebagian lagi melakukannya untuk menjalankan hobi sekaligus mendapatkan penghasilan tambahan.

Seperti yang dilakukan oleh Kunarto Anggoro, 35 tahun, yang berprofesi sebagai editor di bagian produksi sebuah televisi swasta.


Kunarto menjalankan profesi sebagai editor dengan hari kerja dari Senin sampai Jumat dengan waktu kerja bergantian.

Di satu hari ia masuk shift pagi dari pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Tapi di lain hari ia bisa masuk shift sore dari pukul 17.00 WIB hingga 01.00 WIB.

Saat ini, istrinya sedang mengandung anak pertamanya dan tentu membutuhkan biaya besar untuk persalinan.

Ia pun memilih menjalankan pekerjaan sampingan membuka usaha production house (PH) kecil-kecilan di bidang foto dan shooting perkawinan untuk tambahan penghasilan.

“Saat saya masuk sore, dan ada perkawinan pagi hari saya jalankan usaha PH ini. Dan bila acara belum selesai saya harus masuk kantor saya serahkan ke rekan saya yang ikut membantu,” ujarnya.

Namun untuk Sabtu dan Minggu ia bisa bebas melakukan usaha PH-nya ini karena ia libur kerja pada ahir pekan.

“Lagipula sebelum masuk kerja saya sudah membuka PH ini dan saya masuk kerja di televisi juga untuk menambah pengetahuan saya sehingga saat menjalankan PH saya bisa lebih maju,” ucapnya.

Selain karena penghasilan, orang melakukan usaha sampingan karena hobi. Riza Satyagraha, 34 tahun, melakukan usaha sampingan toko action figure karena merupakan hobinya sejak kecil. Riza sebenarnya memiliki usaha kontraktor yang dijalankan bersama beberapa temannya.

Namun ia juga masih memiliki hobi yang tidak berhenti hingga kini, yaitu mengoleksi action figure. Ia pun membuka toko di rumahnya untuk menyalurkan hobinya sekaligus menambah penghasilan.

Menurut Ardiningtyas Pitaloka dari konsultankarir.com, tiga tahun belakangan terlihat tren orang memiliki dua pekerjaan.

Menurutnya, hal ini tidak terlepas dengan bantuan teknologi terkini seperti Internet yang membuat orang bisa mobile walau fisiknya tidak bergerak. Orang bisa menjalankan usaha dari depan komputer seperti mengirim dan memesan barang melalui e-shopping.

Memiliki pekerjaan sampingan di luar pekerjaan utama, bagi dia, sah-sah saja. Namun yang menjadi persoalan bagaimana mengatur waktunya.

Menurut perempuan yang akrab dipanggil Pipit ini, bahkan ada orang yang memliki tiga profesi sekaligus seperti menjadi dosen, peneliti, dan konsultan SDM.

Kebetulan ketiga pekerjaan itu memang bidang yang sama yang dikuasai orang tersebut. Ada juga yang memiliki kerja sampingan yang bersifat informal.

Ia mencontohkan wartawan infotainment yang menjadi penghubung artis bagi sebuah event organizer yang ingin mengadakan acara dengan menghadirkan seorang artis.

Menurut Pipit, orang yang bertipe multitasking person bisa menjalankan pekerjaan sampingan ini. Orang tipe ini memiliki mapping di otak mengatur apa yang akan dilakukan selanjutnya, bisa bergantian melakukan dua hal berbeda, dan bisa menyelesaikan berbarengan atau dalam selang waktu yang tidak panjang .

“Sebaliknya orang menyelesaikan satu pekerjaan dulu, baru menyelesaikan pekerjaan lain,” sarannya. Sebelum menjalani pekerjaan sampingan, menurut Pipit, kita harus mempertimbangkan nilai tambah apa yang akan didapat dari pekerjaan sampingan itu, baik secara ekonomi, sosial, mental, maupun spiritual.

Jangan sampai pekerjaan sampingan ini hanya membuang-buang waktu, energi, bahkan dana pribadi kita, sementara hasil yang didapat tidak sesuai dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan.

Tetap Profesional Menurutnya, yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengatur waktu kerja sampingan dengan pekerjaan utama sehingga tidak mengganggu.

Pipit meminta bagi yang ingin menjalankan pekerjaan sampingan juga memperhatikan apakah pekerjaan sampingan ini bisa mengganggu jabatan dan posisi kita di kantor.

Jika kita saat ini menduduki jabatan tertentu yang cukup menguras waktu dan energi, rasanya perlu dikaji ulang apakah kita masih perlu pekerjaan tambahan atau tidak.

Yang jelas, apa pun jenis side job yang Anda jalani nanti, jangan sampai mengganggu tanggung jawab utama Anda. Komitmen terhadap pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan harus tinggi.

“Jangan beralasan ketika Anda terlambat datang ke kantor karena punya pekerjaan lain di luar, juga sebaliknya ketika Anda terlambat melayani klien di pekerjaan sampingan karena harus menyelesaikan tugas di pekerjaan utama,” ungkapnya.

Selebihnya, Anda juga perlu memikirkan faktor kesehatan. Karena memiliki satu pekerjaan saja Anda perlu kondisi yang fit apalagi punya pekerjaan dobel.

Jangan sampai pekerjaan tambahan itu akan membawa Anda ke rumah sakit. Hal selanjutnya adalah adanya etika yang harus dijunjung, misalnya tidak boleh menggunakan fasiltas kantor untuk melakukan pekerjaan sampingan, misalnya menggunakan printer di kantor untuk mencetak daftar harga barang- barang usaha sampingannya, atau menggunakan telepon kantor untuk menghubungi rekan atau pelanggan dari pekerjaan sampingan itu.

Selain itu, yang harus diperhatikan adalah waktu menjalankannya bila berbarengan dengan waktu kerja akan menimbulan kesan kepada orang lain bahwa Anda tidak profesional.

Misalkan seorang marketing di showroom mobil merangkap menjadi free lance marketing property sebuah broker.

“Seusai menawarkan mobil, ia menawarkan rumah kepada calon pembeli mobil dan dilakukan di showroom mobil. Ini kan tidak nyambung dan mengesankan kurang baik,” terangnya.

Pipit menilai pekerjaan sampingan bisa berkembang menjadi besar. Hal itu bergantung kepada komitmen kita terhadap pekerjaan sampingan tersebut. Walau memulai dari skala kecil, bila dijalankan dengan penuh komitmen, Pipit menilai usaha itu pasti akan berkembang.

“Dari komitmen akan tumbuh kepercayaan dari klien dan kliennya otomatis akan bertambah dan membuat usaha sampingannya membesar.

Di saat itu, ia harus memutuskan untuk keluar dari pekerjaan utamanya karena tidak mungkin menjalani keduanya bila sudah membesar skalanya,” terangnya.
wan/L-1

No comments:

Post a Comment